Mantan eksekutif Google dan banyak analis Wall Street setuju, Google punya bahan mentah yang dibutuhin buat jadi pemimpin di bidang AI. Model bahasa yang luas buat latih AI dan mesin pencari. Tapi, upaya perusahaan itu keliatannya tersebar dalam hadepin serangan OpenAI, yang bikin pengguna yang lebih muda makin tertarik.

Popularitas AI generatif bikin Google kaget. Meskipun jadi sumber penelitian dasar di balik teknologi itu, Google belum ngeluarin produk konsumen sampe ChatGPT jadi aplikasi konsumen dengan pertumbuhan tercepat di awal tahun 2023.

Ancaman terbesar buat Google mungkin Google sendiri. Kunci buat adopsi AI apa pun adalah kepercayaan, dan kesalahan langkah awalnya dengan Search Overviews nunjukin teknisi Google lebih fokus pada rilis cepat daripada bener-bener ngelakuin dengan baik karena berusaha ngimbangin kecepatan OpenAI dan lainnya.

Wettemann, CEO dan analis utama di firma riset Valoir, ngebahas AI Overviews Google, fitur baru yang pake AI buat jawab kueri penelusuran yang muncul sebelum tautan. Fitur ini dikritik karena ngurangin lalu lintas rujukan dari Google dan kasih info yang salah, kayak nyuruh pengguna makan lem dan bilang Barack Obama Muslim. Google akhirnya ngurangin fitur itu awal tahun ini.

Gil Luria, seorang analis di DA Davidson yakin pengawasan regulasi dan ancaman AI saling terkait. Sebagian alasan DOJ mengincar praktik bisnis Google adalah karena pasar lagi berubah dan mereka pengen pastiin Google nggak memperluas dominasinya.

Meskipun putusan antimonopoli mungkin belum berdampak besar buat Google, putusan itu bakal buka pasar pencarian buat lebih banyak pesaing, kata Richard Socher, CEO dan pendiri perusahaan rintisan mesin pencari AI You.com dan mantan kepala ilmuwan di Salesforce.

Tapi, dia tambahin, mengakhiri dominasi Google dalam pencarian bakal susah banget. Belum ada yang berhasil ngurangin dominasi pencarian Google. Kita liat aja nanti, apakah ini bakal jadi bagian domino lain yang bakal bener-bener kasih konsumen lebih banyak pilihan, pilihan yang beneran.