Sebuah studi yang dilakukan oleh South East Asean Nutrition Survey (SEANUTS) II menemukan bahwa anak-anak Indonesia masih kurang dalam memenuhi kebutuhan harian akan kalsium dan vitamin D. Peneliti utama SEANUTS II di Indonesia, Profesor Rini Sekartini dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI, mengungkapkan bahwa 78 persen anak Indonesia kekurangan kalsium harian dan 92 persen kekurangan vitamin D harian. Menurutnya, kondisi ini dapat menimbulkan risiko serius bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.
Kekurangan kalsium berkaitan erat dengan kekuatan tulang dan gigi pada anak-anak, serta dapat berdampak pada masa dewasa hingga lanjut usia. Menurut Profesor Rini, kalsium merupakan “tabungan” penting bagi kesehatan tulang anak-anak. Kekurangan kalsium sejak dini dapat menyebabkan masalah tulang ketika dewasa, seperti osteoporosis.
Untuk mengatasi masalah kekurangan kalsium ini, Profesor Rini menekankan pentingnya penanganan sejak dini. Konsumsi kalsium pada usia dewasa dan lanjut usia tidak akan memberikan dampak signifikan jika dibandingkan dengan saat masa pertumbuhan anak-anak. Pertumbuhan tulang akan berhenti pada usia 18 tahun, sehingga penting untuk memenuhi kebutuhan kalsium sejak dini.
Selain kekurangan kalsium, kekurangan vitamin D juga merupakan masalah serius. Vitamin D berperan penting dalam menjaga daya tahan tubuh, sehingga kekurangannya dapat membuat tubuh rentan terhadap penyakit. Profesor Rini menjelaskan bahwa sinar matahari pagi merupakan sumber utama vitamin D, namun sayangnya hanya sedikit anak-anak yang mendapat asupan yang cukup.