PT PLN (Persero) menegaskan komitmennya untuk mendukung visi swasembada energi yang diusung oleh pemerintah melalui penggunaan energi bersih di Konferensi Para Pihak (COP29) di Azerbaijan. Perusahaan ini telah mengungkapkan berbagai inisiatif pendanaan hijau dan strategi yang telah disusun untuk mendukung proyek transisi energi di Indonesia. Menurut Direktur Keuangan PLN, Sinthya Roesly, PLN merupakan tulang punggung sektor kelistrikan di Indonesia dan telah secara konsisten menunjukkan komitmennya dalam mengelola dana investasi hijau untuk mendukung visi swasembada energi. Oleh karena itu, PLN terus berupaya untuk menggalang pembiayaan hijau dari berbagai lembaga, baik publik, bilateral, multilateral, maupun swasta.
Dalam konteks ini, PLN telah merancang beberapa inisiatif pembiayaan hijau, termasuk melalui penyusunan Sustainable Linked Financing Framework (SLFF) dan Green Financing Framework (GFF). Sinthya menjelaskan bahwa PLN telah merancang strategi pendanaan proyek energi hijau dalam transisi energi di Indonesia, dengan target pengembangan pembangkit listrik sebesar 75% berbasis energi terbarukan. Untuk mencapai target tersebut, diperlukan pendanaan yang diperkirakan mencapai lebih dari USD 100 miliar hingga tahun 2033.
“Untuk memperoleh pembiayaan transisi energi, salah satu hal utama menurut PLN adalah menyiapkan proyek yang tepat. Kami memiliki ratusan proyek mulai dari pembangkitan, transmisi, distribusi, hingga smart grid,” ungkap Sinthya dalam keterangan tertulis pada Kamis (14/11/2024). Lebih lanjut, Sinthya menyatakan bahwa PLN akan terus mengeksplorasi berbagai opsi pendanaan, baik melalui kerja sama dengan pemberi pinjaman internasional maupun sumber daya lokal, untuk memastikan transisi energi berjalan sesuai rencana. Beberapa institusi keuangan yang memberikan dukungan untuk transisi energi PLN antara lain World Bank, Asian Development Bank (ADB), hingga Just Energy Transition Partnership (JETP).
“Dalam dua tahun terakhir, kami telah berhasil mendapatkan sekitar USD 2,9 miliar, dan saat ini kami sedang berdiskusi dengan ADB untuk pembiayaan sekitar USD 4,8 miliar. Kami juga sedang berkomunikasi dengan beberapa investor lainnya, dan total potensi pendanaan yang telah kami miliki saat ini mencapai USD 46,9 miliar,” tambah Sinthya. Di sisi lain, Utusan Khusus Presiden Bidang Perdagangan Internasional dan Kerja Sama Multilateral, Mari Elka Pangestu, menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia telah menginisiasi Global Blended Finance Alliance (GBFA) untuk mengajak negara berkembang lainnya berkolaborasi dalam pembiayaan transisi energi.