Perdagangan karbon di Indonesia telah berjalan selama satu tahun. Meskipun masih baru, volume transaksi perdagangan karbon di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Malaysia dan Jepang. Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman, melihat bahwa perkembangan bursa karbon di Indonesia sudah cukup positif. Jumlah pengguna jasa telah meningkat dari 16 menjadi 81, dan sebanyak 613.894 ton CO2 ekuivalen telah diperdagangkan dengan nilai lebih dari Rp 37 miliar.
“Meskipun kita baru setahun, tahap awal di Indonesia lebih banyak edukasi dan sosialisasi kepada pengguna jasa. Namun, capaian yang sudah kita dapatkan dianggap cukup positif. Pengguna jasa telah meningkat dari 16 menjadi 81, dan transaksi perdagangan karbon mencapai 600 ribu ton,” kata Iman saat ditemui di kantor, Jakarta Selatan, Kamis (3/10/2024).
Iman melihat bahwa meskipun capaian tersebut bisa dianggap besar atau kecil, namun volume transaksi Bursa Karbon Indonesia dinilai lebih tinggi dibandingkan dengan Malaysia dan Jepang. Hal ini menunjukkan bahwa perdagangan karbon di Indonesia memiliki potensi untuk berkembang lebih besar.
“Ini hanya tahap awal, tapi jika dibandingkan dengan bursa karbon negara tetangga, kita sudah lebih unggul. Perdagangan karbon di Indonesia memiliki potensi untuk tumbuh lebih besar, dan itu membutuhkan dukungan dari semua pihak,” jelasnya.