Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) terus berkembang pesat dan semakin mendekati kemampuan otak manusia. Dari mengolah data dengan cepat hingga menciptakan karya seni yang menyerupai hasil karya manusia, AI memang menunjukkan kemajuan yang mengesankan. Namun, apakah AI benar-benar bisa melampaui kecerdasan manusia?
Banyak pakar teknologi menyuarakan kekhawatiran terhadap perkembangan AI. Pada bulan Maret 2023, Future of Life Institute bahkan mengajukan petisi untuk menangguhkan pengembangan AI selama enam bulan demi memastikan dampak positif dan risiko yang dapat dikendalikan, terutama setelah perilisan GPT-4 oleh OpenAI. Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa AI pada akhirnya akan mampu menyaingi otak manusia dalam banyak aspek, seperti kecepatan memproses informasi dan kapasitas menyimpan data. Namun, ada juga yang percaya bahwa otak manusia tetap memiliki keunggulan yang sulit ditandingi, terutama dalam hal intuisi, kreativitas, dan pemahaman konteks sosial.
Pertanyaannya adalah, di titik mana AI dapat dikatakan lebih unggul dari manusia? Pengembangan AI semakin masif dan mendapat perhatian besar dari berbagai tokoh teknologi dunia, termasuk Elon Musk. Namun, muncul kekhawatiran bahwa teknologi ini bisa menggantikan peran manusia dalam berbagai bidang. Menurut laporan The Sun, beberapa peneliti menemukan bahwa manusia masih lebih cepat dalam memproses informasi baru dibandingkan AI.