Uniqlo menghadapi badai kritik online di China setelah pernyataan kontroversial dari CEO mereka terkait penggunaan kapas dari wilayah Xinjiang. Tadashi Yanai, kepala eksekutif Fast Retailing, menyebutkan dalam wawancara dengan BBC bahwa perusahaan tidak menggunakan kapas dari wilayah tersebut. Pernyataan ini segera menjadi viral di media sosial China, dengan beberapa pengguna mengecam Uniqlo dan bersumpah untuk tidak lagi membeli produk mereka.
Beberapa pengguna menilai sikap CEO Uniqlo sebagai arogan dan menyarankan agar konsumen China bersikap tegas terhadap perusahaan tersebut. Namun, ada juga yang meragukan bahwa konsumen akan benar-benar berhenti membeli produk Uniqlo karena kontroversi ini.
Fast Retailing sebelumnya telah menyatakan bahwa mereka tidak menggunakan kapas dari Xinjiang pada tahun 2020, namun Yanai telah memilih untuk tetap netral dalam beberapa tahun terakhir untuk menghindari polemik politik. Isu pengadaan dari Xinjiang telah menjadi masalah sensitif bagi perusahaan asing yang beroperasi di China, terutama setelah tuduhan pelanggaran hak asasi manusia terhadap penduduk Uighur oleh pemerintah AS.
Boikot konsumen terhadap merek-merek Barat seperti H&M dan Uniqlo yang menolak penggunaan kapas dari Xinjiang telah menjadi tren di China. H&M bahkan mengalami penurunan penjualan signifikan setelah pernyataan kontroversial mereka tentang kerja paksa di Xinjiang.